Misteri Asal-Usul Buraq dalam Isra Mikraj


Gambaran Buraq yang beredar sekarang—berwujud kuda putih bersayap, wajah perempuan Persia, dan ornamen khas kerajaan lam—lebih dekat dengan kreativitas budaya Persia daripada sumber paling otentik dalam tradisi Islam. Buraq versi asli justru sederhana: makhluk bercahaya, putih, indah, dan memiliki kaki yang memanjang serta memendek.

Anehnya, penggambaran yang paling rumit justru muncul berabad-abad setelah Isra Mikraj disampaikan. Seolah-olah imajinasi kolektif masyarakat Timur Tengah dan Persia bersaing menciptakan versi terbaiknya.

Pengaruh Mitologi Persia

Sebelum menengok naskah Islam, kita perlu melompat ke Persia pra-Islam dipenuhi makhluk campuran — singa bersayap, burung mamalia, hingga griffin berwajah manusia. Tradisi mereka memang kaya hibrida mitologis.

Karena itulah, ketika muncul deskripsi Buraq yang sepertiga manusia, sepertiga burung, sepertiga kuda, wajar bila para akademisi menghubungkannya dengan bentukan imajinasi Persia. Tradisi visual Persia memang terkenal kuat, dan kita bisa melihat kemiripan gaya gambarnya pada manuskrip-manuskrip zaman dinasti Safawi.

Namun, anehnya, deskripsi Nabi Muhammad dalam sumber paling otentik tidak pernah menyebutkan bentuk wajah perempuan, sayap, ataupun tubuh berkuda. Jadi pertanyaannya: dari mana tiba-tiba muncul ikonografi semegah itu?

Jauh sebelum perdebatan bentuk Buraq, esensi Isra Mikraj justru berada pada pengalaman spiritual Nabi Muhammad: perjalanan menuju langit pertama hingga ketujuh, berjumpa dengan para nabi, dan akhirnya sampai ke Sidratul Muntaha.

Di titik ini, pengalaman mistik Islam mencapai puncaknya. Secara teologis, peristiwa ini bahkan dianggap sebagai momen paling transenden dalam sejarah spiritual manusia. Maka wajar bila ia menginspirasi narasi-narasi lintas agama—Dante Alighieri misalnya menulis Divine Comedy yang disebut-sebut terpengaruh atmosfer narasi Isra Mikraj.

Tetapi, di tengah keagungan tersebut, perdebatan bentuk Buraq malah lebih sering dibahas ketimbang nilai spiritual perjalanan itu sendiri.

Apakah Buraq Dipengaruhi Pegasus?

Mari menengok Yunani kuno. Bukankah Pegasus juga kuda bersayap putih yang mengantar arwah ksatria menuju dewa-dewa Olympus?

Sekilas mirip.

Namun dalam tradisi Nabi Muhammad, Buraq tidak pernah disebut sebagai kuda. Pembanding yang digunakan Nabi adalah bagal (hasil kawin silang kuda betina dan keledai jantan) serta keledai. Jadi secara simbolik, Buraq bukan kuda. Ini membuat teori adaptasi Pegasus sulit diterima.

Selain itu, ada indikasi bahwa budaya Yunani kurang memiliki jalur interaksi langsung dengan masyarakat Arab di Makkah pada masa itu.

Benarkah Kisah Buraq Terinspirasi Arda Viraf?

Arda Viraf adalah teks Persia tentang seorang pendeta yang mengunjungi langit dan bertemu Tuhan. Banyak peneliti Barat menuduh Isra Mikraj meniru kisah ini. Tapi kenyataannya:

Naskah Arda Viraf yang paling tua berasal dari abad ke-10

Itu berarti ia lahir setelah berkembangnya tradisi Islam

kemiripan cerita justru mengarah pada kemungkinan bahwa Arda Viraf-lah yang terinspirasi dari Isra Mikraj

Dalam Arda Viraf tidak ada kendaraan spiritual seperti Buraq. Sehingga teori penjiplakan itu makin tidak masuk akal.

Keringnya Spiritualitas Umat Modern

Salah satu kritik paling tajam adalah bahwa umat Islam modern justru kehilangan aspek spiritual Isra Mikraj. Perhatian lebih banyak tertuju pada sisi teknis: perintah salat, hukum-hukum, atau perdebatan bentuk fisik Buraq.

Padahal, inti Isra Mikraj adalah pengalaman batin, kontemplasi, dan keheningan spiritual—bukan sekadar perdebatan bentuk makhluk bercahaya.

Bahkan sebagian ulama sibuk mempertanyakan: apakah Buraq itu cahaya? Apakah ia wormhole? Bagaimanakah penjelasan saintifiknya?

Kecenderungan ini menunjukkan betapa jauhnya masyarakat modern dari nuansa mistik dan pengalaman transenden yang menjadi inti perjalanan itu.

  • Buraq digambarkan putih
  • indah
  • mengkilap
  • dapat memanjangkan dan memendekkan anggota tubuhnya
  • ukurannya lebih kecil dari bagal dan lebih besar dari keledai

Hanya itu.

  • Tidak ada sayap.
  • Tidak ada wajah manusia.
  • Tidak ada rambut panjang ala putri Persia.

Versi rumit yang kita lihat di lukisan makam wali, manuskrip Persia, hingga mural Jawa adalah perkembangan budaya—bukan gambaran otentik.

Jadi, Mana yang Asli?

Buraq versi sederhana → paling dekat dengan teks-teks otentik Islam

Buraq versi kuda bersayap → paling dekat dengan seni Persia dan pengaruh mitologi

Narasi lain seperti Pegasus atau kuda Elia → cenderung lemah secara semiotik dan historis

Buraq dalam Isra Mikraj adalah makhluk cahaya yang otentik berasal dari tradisi Islam, sedangkan bentuk visual populer yang muncul kemudian adalah hasil gubahan budaya Persia dan pengaruh seni lintas peradaban.

Dan kisah spiritual Isra Mikraj berdiri kokoh sebagai salah satu perjalanan mistis terbesar dalam sejarah manusia—baik diapresiasi umat Islam maupun para pemikir lintas agama.

Comments

Popular posts from this blog

Nyamankah dengan Gaji Customer Service Call Center Indonesia 2025

Kesalahan Grammar yang Bikin Malu: Bedain “Your” vs “You’re” dan “Its” vs “It’s”, Yuk!

Cara Cepat Mahir Mengetik 10 Jari Tanpa Melihat Keyboard – Wajib Tahu Buat Pelamar Call Center & Fresh Graduate!