Mengungkap Sejarah Eklesia Yunani Kuno dan Fenomena Demagog Politik Modern

Demokrasi yang terlihat mulia bisa berubah menjadi arena kecurangan ketika manipulasi lebih disukai daripada integritas. 

Itulah yang akhirnya disadari oleh orang-orang Yunani ribuan tahun lalu, saat mereka menyadari bahwa sistem pengucilan bernama ostrakismos justru menghancurkan orang-orang baik.

Cerita Tali Merah di Tubuh Kratos

Banyak pemain game mungkin mengira tanda merah di tubuh Kratos hanyalah bagian dari estetika karakter. Tetapi ternyata, dalam cerita sejarah politik Yunani, tanda tubuh berwarna merah sering menjadi simbol penghinaan publik. Di masa itu, parlemen yang mangkir dari rapat akbar (eklesia) akan dikejar pasukan berkuda dan dicambuk menggunakan tali merah yang direndam pewarna. Bekasnya muncul selama berminggu-minggu, sebagai hukuman sosial.

Sebuah ironi muncul: Kratos terlihat seperti mantan anggota dewan yang malas rapat lalu diseret dan ditandai. Sebuah humor yang hanya bisa dipahami jika mengenal sistem demokrasi klasik Athena.

Apa Itu Eklesia?

Alih-alih sistem parlemen yang rumit seperti era digital saat ini, bangsa Yunani memiliki mekanisme sederhana: bila ada masalah negara seperti serangan, bencana, atau konflik, seluruh warga berkumpul, bermusyawarah, dan menentukan keputusan besar. Inilah yang disebut eklesia.

Namun sifat manusia tidak pernah berubah: selalu ada rakyat yang patuh dan ada yang enggan peduli. Maka muncul hukum memalukan tadi—tangkap, cambuk, tandai.

Ostrakismos: Hukuman 10 Tahun untuk Pejabat Menyebalkan

Bayangkan sebuah negara modern menjalankan sistem ini: bila seorang pejabat dianggap tidak becus, namanya ditulis di pecahan tembikar. Jika ada lebih dari 6.000 suara, dia harus diusir dari kota selama 10 tahun.

Tampak adil, tetapi justru inilah bom waktu yang merusak sistem demokrasi klasik.

Kelemahan Demokrasi Kuno

Ketika hukuman itu berlaku secara luas, muncul pertanyaan: siapa yang paling mudah menjadi korban fitnah?

Jawabannya: pejabat yang jujur.

Seseorang yang baik tidak sanggup menebar fitnah atau memanipulasi rakyat. Sedangkan orang jahat mampu menghasut, memancing emosi, menciptakan isu, menuduh lawan, dan memutarbalikkan fakta. Maka dalam arena demokrasi yang rapuh, demagog selalu menang.

Ciri Demagog yang Sering Muncul dalam Politik Masa Kini

1. Pandai memikat massa

   Retorikanya halus, katanya indah, selalu tampak seperti pahlawan.

2. Menjanjikan hal berlebihan

   Bila negara miskin, pemimpin yang baik akan mengajak masyarakat bekerja keras.

   Demagog malah menjanjikan makan gratis, pekerjaan berlimpah, dan kehidupan mudah—semua demi suara.

3. Selalu menciptakan framing

   Seseorang dicap buruk terlebih dahulu. Begitu label menempel, argumen rasional tidak lagi didengar.

Inilah yang membuat pejabat baik justru terasing. Sedangkan mereka yang licik bertahan, bahkan berkuasa.

Ketika Demokrasi Gagal: Perang Sparta vs Athena

Akhir kisah ini tidak heroik. Para demagog yang muncul dari sistem eklesia memicu konflik besar antara Sparta dan Athena. Bangsa yang satu darah berubah menjadi musuh. Perang saudara menghapus kejayaan Yunani klasik.

Jadi pada akhirnya, bangsa Yunani menyadari bahwa sistem demokrasi itu tidak sesempurna yang dibayangkan. Demokrasi yang terlalu emosional, tanpa aturan ketat dan literasi politik, hanya melahirkan para penghasut yang dipuja rakyat.

Dari God of War hingga Politik Modern

Diskusi ini sebenarnya tidak berhenti pada masa lalu. Dalam banyak negara, fenomena serupa sering muncul:

* politisi jujur dikucilkan

* politisi populis dielu-elukan

* masyarakat mudah dimainkan framing

Sehingga pembahasan tentang eklesia Yunani kuno dan sejarah ostrakismos bukan sekadar cerita, tetapi refleksi.

Mulai dari bekas tali merah pada tubuh Kratos yang mengingatkan pada teknik penghinaan publik Yunani, hingga konsep demagog yang mampu memutar logika rakyat, semuanya adalah gambaran bahwa sejarah tidak pernah benar-benar menghilang. Ia kembali dengan bentuk baru, hanya aktornya yang berbeda.

Dan sebagaimana bangsa Yunani akhirnya menyesali sistem yang mereka bangun, pelajaran terbesar tetap sama: integritas selalu tampak kalah pada awalnya, tetapi sejarah menunjukkan sebaliknya.

Comments

Popular posts from this blog

Nyamankah dengan Gaji Customer Service Call Center Indonesia 2025

Kesalahan Grammar yang Bikin Malu: Bedain “Your” vs “You’re” dan “Its” vs “It’s”, Yuk!

Cara Cepat Mahir Mengetik 10 Jari Tanpa Melihat Keyboard – Wajib Tahu Buat Pelamar Call Center & Fresh Graduate!