Posts

Dugaan Skandal Korupsi Kereta Cepat 73 Triliun

Image
Nah, begitulah kira-kira saat isu kejanggalan KCIC dan dugaan korupsi Rp73 triliun beredar di jagat politik Indonesia. Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung ternyata dihantui anomali sejak hari pertama batu pertama ditancapkan. Namun mari putar balik dulu. Sebab banyak orang bertanya, mengapa isu ini mendadak ramai? Salah satu pemicunya adalah sikap menkue, pejabat yang disebut-sebut sangat tegas, ketika menolak penggunaan APBN untuk menambal kerugian KCIC. Perkataan tersebut menyentil logika publik: ketika untung, perusahaan dipuji-puji. Ketika merugi, negara yang menutupinya. Dalam bisnis, itu kedengarannya tidak objektif. Tender Kereta Cepat Pilih Cina, Padahal Jepang Lebih Murah Bunganya Kenapa tender KCIC dimenangkan Cina? Pada awalnya, konsorsium Cina menawarkan skema 5,5 miliar dolar. Jepang menawarkan 6,2 miliar dolar, namun dengan bunga hanya 0,1% per tahun. Cina menawarkan bunga 2%—20 kali lipat lebih tinggi. Secara matematis, siapa pun yang pernah menghitung kredit rumah tahu ...

Mengungkap Sejarah Eklesia Yunani Kuno dan Fenomena Demagog Politik Modern

Image
Demokrasi yang terlihat mulia bisa berubah menjadi arena kecurangan ketika manipulasi lebih disukai daripada integritas.  Itulah yang akhirnya disadari oleh orang-orang Yunani ribuan tahun lalu, saat mereka menyadari bahwa sistem pengucilan bernama ostrakismos justru menghancurkan orang-orang baik. Cerita Tali Merah di Tubuh Kratos Banyak pemain game mungkin mengira tanda merah di tubuh Kratos hanyalah bagian dari estetika karakter. Tetapi ternyata, dalam cerita sejarah politik Yunani, tanda tubuh berwarna merah sering menjadi simbol penghinaan publik. Di masa itu, parlemen yang mangkir dari rapat akbar (eklesia) akan dikejar pasukan berkuda dan dicambuk menggunakan tali merah yang direndam pewarna. Bekasnya muncul selama berminggu-minggu, sebagai hukuman sosial. Sebuah ironi muncul: Kratos terlihat seperti mantan anggota dewan yang malas rapat lalu diseret dan ditandai. Sebuah humor yang hanya bisa dipahami jika mengenal sistem demokrasi klasik Athena. Apa Itu Eklesia? Alih-alih s...

Kritik Teologi Karma Pala

Image
Menarik ketika sebagian masyarakat merasa bahwa setiap tindakan buruk akan berbalik kepada pelakunya. Namun, tidak sedikit pula yang menyadari bahwa kehidupan nyata sering berjalan jauh dari konsep keadilan. Seseorang yang jujur justru kalah oleh yang licik, yang bekerja keras justru disingkirkan oleh yang bertenaga uang atau koneksi. Lalu, apakah alam benar-benar menimbang moralitas? Atau justru moralitas hanya milik manusia, sedangkan alam berjalan apa adanya? Di titik inilah konsep “kritik terhadap kepercayaan karma pala dalam ajaran Buddha” muncul sebagai bahan diskusi. Banyak pemikiran teologis mencoba mengaitkan siklus dunia dengan imbalan dan hukuman, padahal tidak ada jaminan semesta bekerja seperti itu. Membongkar Konsep Karma Pala Menurut Perspektif Logika Modern Dalam ajaran Buddha dan Hindu, karma pala berarti “buah dari perbuatan”. *Karma* adalah tindakan berdasarkan niat, dan *pala* berarti hasil atau buah. Maka setiap niat baik atau buruk diyakini akan berbuah, baik seca...

Krisis Air Bersih di Pulau Jawa 2040

Image
  Sebelum memahami panasnya polemik “ngebor tanah 140 meter” atau isu mata air pegunungan, ada satu kesimpulan besar yang sebenarnya jauh lebih menakutkan: tahun 2040 Pulau Jawa diprediksi mengalami krisis air bersih parah.  Ini bukan kalimat clickbait. Angka-angka resmi menunjukkan bahwa jatah air bersih per kapita turun dari 1.100 m³ per tahun menjadi sekitar 480 m³ per tahun, bahkan saat musim hujan. Artinya, mau hujan atau kemarau, tetap kekeringan. Lalu kenapa bisa sampai di titik itu? Itu baru menarik untuk dibedah. Air Mineral  dari Mata Air Pegunungan – Benarkah Bor Tanah Itu Salah? Banyak yang marah ketika mengetahui fakta bahwa air  diambil bukan dari permukaan, tetapi melalui pemboran ratusan meter menembus lapisan aquifer. Padahal, secara definisi air mineral itu memang berasal dari dalam tanah, karena proses penyaringan air berlangsung melalui batuan alam yang menyimpan mineral. Jadi jika ada yang bertanya: “Kenapa bukan air permukaan?” Karena kalau dari...

Polemik Tarif 19 Persen Amerika Serikat: Untung Atau Jebakan Ekonomi Bagi Indonesia?

Image
  Kebijakan tarif 19% Amerika Serikat terhadap produk Indonesia memantik perdebatan nasional. Sebagian menyebutnya peluang emas bagi Indonesia, sementara lainnya menilai langkah ini berpotensi menyeret ekonomi ke dalam ketergantungan panjang terhadap negeri Paman Sam.  Gelombang Optimisme di Tengah Kontroversi Perdagangan Internasional Dalam diskusi panjang yang menghadirkan berbagai pandangan, termasuk dari pakar ekonomi dan analis geopolitik, publik berhadapan dengan dua titik pandang ekstrem: optimisme jangka pendek versus kehati-hatian jangka panjang. Di antara air tenang diplomasi, denyut industri, sawit, energi, hingga perdagangan digital menjadi arena pertarungan narasi: apakah “deal 19%” benar-benar kemenangan diplomatik, atau sekadar jebakan ekonomi elegan bertopeng kerja sama? Sorotan Terhadap Isi Kesepakatan Ekonomi 19% Pasca pengumuman resmi bahwa Indonesia memperoleh kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat, muncul berbagai tafsir. Inti perjanjian tersebut a...

Antara Sosialisme Global, Kritik yang Redup, dan Hilangnya Penyeimbang Demokrasi Indonesia

Image
Sulit dipercaya bahwa sosok yang dulu dikenal dengan ketajaman lidah dan argumentasi logisnya kini tampak kehilangan bara kritiknya. RG yang dulu menjadi simbol oposisi intelektual, kini terlihat begitu santun, bahkan hangat, terhadap pemerintahan. Ketika Kritikus Hebat Menjadi Terlalu Lembut pada Kekuasaan Apakah ini bentuk kedewasaan politik, atau justru tanda hilangnya fungsi penyeimbang dalam demokrasi Indonesia modern? Makan Siang Bersama Sosialis dan Akademisi: Awal dari Perubahan Arah Tanggal 7 April 2025 menjadi momen menarik dalam perjalanan opini publik Indonesia. Dalam sebuah jamuan makan siang sederhana ala tradisional—lodeh, tempe, ayam goreng—RG duduk bersama sejumlah tokoh nasional. Di tengah suasana santai itu, dengan terbuka menyampaikan kekagumannya terhadap visi sosialisme global, sebuah visi yang ia kenal. Mungkin dari titik itulah, arah pandang seorang intelektual yang dulu keras pada kekuasaan mulai melunak. Kritik yang Redup dan Hilangnya Daya Gigit Publik tentu ...

Akar Konflik Kamboja Thailand dan Perang Perbatasan Asia-Afrika: Warisan Kolonialisme yang Belum Usai

Image
Bayangkan sebuah peta dunia di abad ke-19. Di atas meja panjang, orang-orang Eropa menggambar garis-garis lurus untuk menentukan batas negara yang bahkan belum mereka kunjungi.  Garis Lurus di Peta, Tapi Luka Tak Pernah Lurus: Warisan Kolonialisme di Asia dan Afrika Hanya penggaris, pena, dan ambisi kekuasaan. Hasilnya? Konflik perbatasan seperti Kamboja–Thailand, India–Pakistan, Ethiopia–Eritrea, hingga Papua–Papua Nugini yang masih menyisakan luka hingga sekarang. Fenomena ini sebagai “nasionalisme yang belum selesai.” Negara-negara Asia dan Afrika boleh merdeka secara politik, tapi batas wilayah, identitas etnis, bahkan rasa kebangsaan mereka sebagian besar dibentuk oleh tangan asing. Kasus Kamboja dan Thailand: Dua Peta, Dua Versi, Satu Masalah Mari kita tengok ke Asia Tenggara. Konflik Kamboja–Thailand yang sering muncul di berita internasional sebenarnya punya akar jauh ke masa kolonial Prancis. Ketika Prancis menjajah wilayah Indochina (Vietnam, Laos, Kamboja), mereka membua...