Perdebatan Monogami vs Poligami dalam Sejarah Perilaku Hubungan Manusia


Tidak banyak yang menyangka bahwa topik yang dianggap tabu justru menjadi kajian ilmiah para peneliti besar dunia. Bukan hanya sekadar isu hubungan rumah tangga atau drama moral, namun berhubungan langsung dengan evolusi, biologi, hingga stabilitas peradaban sejak ribuan tahun lalu. Kita mulai dengan konflik ide: manusia—makhluk monogami, poligami, atau penganut relasi Hubungan bebas?

Teori: Manusia Itu Monogami Secara Alami

Banyak peneliti yang meyakini bahwa manusia hanya bisa bertahan hidup karena sistem monogami. Logikanya sederhana:

- Perempuan mengandung 9 bulan

- Melahirkan dengan risiko kematian tinggi

- Bayi tidak mandiri hingga umur ±7 tahun

Jika tidak ada satu pasangan yang menafkahi dan melindungi, maka evolusi manusia akan runtuh. Bahkan laporan WHO menyebutkan bahwa pada zaman Paleolitikum–Mesolitikum, risiko kematian ibu melahirkan bisa mencapai 10–20% seumur hidup. Tanpa dukungan pasangan tetap, populasi manusia bisa punah sebelum memasuki era modern.

Karena itu, teori “apakah manusia diciptakan untuk monogami?” bukan teori romantis, tetapi teori pertahanan spesies.

Tetapi Datang Argumen Sebaliknya… Manusia Itu Poligami

Kajian lain menyebutkan bahwa monogami adalah mitos sosial, bukan sifat alamiah. Salah satu tokoh yang terkenal mengangkat teori ini adalah David Barash. Menurutnya:

- Laki-laki dari dulu selalu berkompetisi

- Mengejar sumber daya sebanyak mungkin

- Semakin kaya dan berpengaruh, semakin besar peluang memiliki banyak pasangan

Itulah mengapa dalam antropologi poligami vs monogami, data budaya menunjukkan fenomena aneh:

- 80% pernikahan modern bersifat monogami

- Tetapi 83% budaya di dunia melegalkan poligami untuk kelompok tertentu

Dengan kata lain:

Monogami hanya berlaku bagi pria yang kalah perebutan sumber daya. Pria yang menang akan cenderung poligami.

Provokatif, tetapi itulah data yang dipakai pendukung teori poligami.

Hubungan Bebas adalah Bentuk Paling Alamiah

Teori ini muncul dari pemikiran Christopher Ryan. Ia berargumen bahwa manusia secara biologis:

- Tertarik pada banyak pasangan

- Tidak dirancang untuk ikatan permanen seumur hidup

- Lebih cocok memiliki relasi Hubungan terbuka

Sebagai contoh:

Seseorang bisa menikah, tetapi tetap memiliki ketertarikan alami pada orang lain. Artinya, tubuh dan otak tidak “diprogram” untuk hanya mencintai satu orang selamanya.

Menurut teori ini, sebelum era bercocok tanam, manusia hidup dalam kelompok kecil. Anak dibesarkan bersama oleh seluruh anggota kelompok—bukan hanya oleh pasangan laki-laki dan perempuan. Karena itu:

- Tidak ada konsep “istri siapa” atau “anak siapa”

- Nafkah bukan dari satu pasangan, tetapi dari kelompok

- Hubungan terjadi secara alami dan bergantian

Bagi sebagian peneliti, inilah bentuk awal relasi Hubungan manusia prasejarah.

Mengapa Perselingkuhan Sering Terjadi?

Perselingkuhan dianggap bukan sekadar moral rusak atau penyakit sosial, tetapi efek samping dari dua realitas:

- Karakter manusia berbeda-beda dan tidak selalu cocok

- Dorongan Hubungan dapat muncul tanpa memandang kecocokan karakter

Bahkan pasangan yang terasa cocok saat pacaran bertahun-tahun, bisa saja tidak cocok saat hidup rumah tangga dimulai. Banyak hubungan bertahan bukan karena kecocokan, tetapi karena hasrat Hubungan yang menahan keduanya tetap bersama. Ketika hasrat menurun, konflik mulai terlihat.

Maka terjadilah:

- ketidakcocokan

- pertengkaran

- dan pada beberapa kasus, perselingkuhan

Bukan pembenaran. Hanya penjelasan ilmiah.

Relasi Hubungan Manusia: Tidak Bisa Dipukul Rata

Pada akhirnya, sebagian teori menjelaskan bahwa:

- Saat sumber daya terbatas → masyarakat cenderung monogami

- Saat kekayaan melimpah → poligami meningkat

- Saat struktur sosial bebas → hubungan terbuka muncul

Karena manusia bukan sepenuhnya tunduk pada biologi, melainkan pada budaya dan peradaban.

Apakah manusia sebagai makhluk Hubungan diciptakan untuk monogami, poligami, atau relasi bebas?

Jawabannya mungkin bukan salah satu, tetapi semua benar pada kondisi dan tempat yang berbeda. Itulah sebabnya dunia modern memperlihatkan:

- pasangan setia

- pasangan poligami

- hubungan terbuka

- dan fenomena perselingkuhan

Spektrum manusia terlalu kompleks untuk disederhanakan.

Silakan menentukan perspektif masing-masing. Artikel ini hanya menghadirkan data, teori ilmiah, dan dilema lama yang belum pernah selesai sejak manusia pertama ada.

Perdebatan monogami vs poligami tidak akan pernah selesai. Setiap teori memiliki data, argumen, dan bukti sejarah masing-masing. Yang pasti:

- manusia spesies sosial

- memiliki hasrat

- memiliki peradaban

- memiliki budaya

- dan memiliki pilihan

Siapa pun bisa berada di posisi mana saja, tergantung nilai hidup dan lingkungan tempat ia berada.

Comments

Popular posts from this blog

Nyamankah dengan Gaji Customer Service Call Center Indonesia 2025

Kesalahan Grammar yang Bikin Malu: Bedain “Your” vs “You’re” dan “Its” vs “It’s”, Yuk!

Belajar Ngomong Inggris Lebih Lancar ala Call Center Indonesia