Krisis Air Bersih di Pulau Jawa 2040
Sebelum memahami panasnya polemik “ngebor tanah 140 meter” atau isu mata air pegunungan, ada satu kesimpulan besar yang sebenarnya jauh lebih menakutkan: tahun 2040 Pulau Jawa diprediksi mengalami krisis air bersih parah.
Ini bukan kalimat clickbait. Angka-angka resmi menunjukkan bahwa jatah air bersih per kapita turun dari 1.100 m³ per tahun menjadi sekitar 480 m³ per tahun, bahkan saat musim hujan. Artinya, mau hujan atau kemarau, tetap kekeringan.
Lalu kenapa bisa sampai di titik itu? Itu baru menarik untuk dibedah.
Air Mineral dari Mata Air Pegunungan – Benarkah Bor Tanah Itu Salah?
Banyak yang marah ketika mengetahui fakta bahwa air diambil bukan dari permukaan, tetapi melalui pemboran ratusan meter menembus lapisan aquifer. Padahal, secara definisi air mineral itu memang berasal dari dalam tanah, karena proses penyaringan air berlangsung melalui batuan alam yang menyimpan mineral.
Jadi jika ada yang bertanya:
“Kenapa bukan air permukaan?”
Karena kalau dari permukaan → bukan air mineral.
Teknologinya juga bukan sekadar mengebor tanah lalu menyedot seenaknya. Air itu berada di lapisan di bawah tanah yang airnya aslinya berasal dari pegunungan. Air hujan turun, tersaring, terperangkap di bawah lapisan batuan tak tembus—itulah yang disebut aquifer. Di situlah air mineral bermula.
Polemik Bor Tanah – Salah Perusahaan atau Salah Komunikasi Publik?
Ketika sebuah perusahaan air minum menjelaskan teknis pemboran 140 meter, publik malah makin bingung. Isunya berkembang:
* “Berarti selama ini bukan dari mata air pegunungan?”
* “Bahaya dong bikin longsor?”
* “Ini eksploitasi lingkungan?”
Padahal, sedot air tanah memang berpotensi menyebabkan longsor jika dilakukan berlebihan. Tapi kadar “berlebihan” bukan dihitung berdasarkan persepsi, melainkan hasil kajian akademisi dan geologi: berapa liter yang aman, berapa zona resapan, berapa volume air hujan yang kembali ke tanah, dan sebagainya. Masalahnya, publik jarang mendapat penjelasan versi ilmiahnya.
Fakta Krisis Air Bersih Jawa – Data yang Mengerikan
Ini bagian yang jarang dibahas saat orang sibuk menghujat merek air kemasan. Data Kementerian PUPR menunjukkan jatah air bersih per orang per tahun:
| Papua | ±300.000 m³
| Kalimantan | ±80.000 m³
| Sulawesi | ±19.000 m³
| Sumatera | ±15.000 m³
| Pulau Jawa | ±1.100 m³
Minimal aman menurut ilmuwan adalah 1.600 m³, artinya Jawa sudah defisit dan semakin buruk setiap tahun.
Bahkan pada tahun-tahun mendatang:
* Curah hujan tinggi
* Banyak gunung
* Ada sungai besar
Tetap tidak menjamin ketersediaan air bersih.
Kenapa Kita Seharusnya Mendukung Program Lingkungan Hidup?
Isu hanyalah pintu kecil menuju masalah besar: air bersih di Jawa sudah kritis.
Kalau dibiarkan:
* Air minum makin mahal
* Air bersih makin langka
* Pertanian lumpuh
* Industri terganggu
* Kehidupan sehari-hari sulit
Bahkan kegiatan digital seperti streaming, video call, server internet, industri content creator—semuanya menyedot suplai air secara tidak langsung. Satu jam Zoom saja secara sistem dapat memakan penggunaan air liternya.
Air Kemasan: Penyebab atau Gejala?
Banyak yang marah ke pabrik air minum dalam kemasan. Padahal, kehadiran harga menunjukkan kelangkaan.
Kalau air bersih melimpah, tidak akan ada:
* Air galon
* Air kemasan
* Filter air mahal
Munculnya ratusan merek dari Sabang sampai Merauke justru tanda jelas: air layak minum semakin sedikit.
Air mineral memang diambil dari bawah tanah dan itu sesuai definisi ilmiah air mineral. Ketika pejabat publik mempertanyakan proses pemboran, bukan berarti salah: mengawasi industri adalah hal wajar. Namun persoalan utama bukan pada satu merek air, tetapi krisis air di Pulau Jawa yang sudah berada dalam status mengkhawatirkan.
Pada titik ini, isu “ngebor air tanah untuk produksi ” hanyalah percikan kecil. Fokus sebenarnya adalah bagaimana Jawa, yang menjadi pusat populasi, industri, pendidikan, dan ekonomi, sedang menuju krisis air bersih besar-besaran. Jika tidak ada tindakan, harga air akan menjadi lebih mahal daripada BBM, dan masyarakat akan merasakan dampaknya setiap hari.
Air bukan hanya untuk minum, tetapi untuk teknologi, makanan, pakaian, pertanian, hewan ternak, transportasi, sampai dunia digital.
Dan ketika air habis, semua berhenti.

Comments
Post a Comment