Fungsi Sosial Masjid Pada Zaman Nabi & Fenomena Masjid Dikunci di Indonesia
Jika ada yang bertanya mengapa banyak masjid sekarang hanya digunakan sebentar dan kemudian digembok, jawabannya sederhana: tradisi awalnya hilang.
Fungsi Masjid Bukan Hanya Salat 5 Waktu
Dalam sejarah Islam, masjid adalah pusat kehidupan – tempat belajar, bermain, menerima tamu nonmuslim, istirahat para musafir, hingga pusat bantuan sosial. Ketika banyak masjid dibangun hanya untuk prestise, flexing kubah emas, pencitraan, atau bahkan money laundry, wajar jika keberkahannya hilang dan fungsinya menyempit.
Apakah boleh tidur di masjid untuk musafir?
Pertanyaan ini muncul setiap kali ada kejadian kekerasan atau penjagaan ketat di rumah ibadah. Kasus di Masjid Agung Sibolga jadi pemicu diskusi besar: apakah musafir boleh tidur di masjid? Dalam sejarah Islam, jawabannya justru sangat jelas. Masjid Nabawi adalah rumah bagi puluhan tunawisma dan musafir. Mereka tidur, beristirahat, bahkan tinggal di sana. Tidak ada larangan. Itu fakta sejarah.
Masjid Tempat Bermain Anak & Ruang Musyawarah Warga
Di masa Rasulullah, Hasan dan Husain berlarian di masjid sampai mengganggu salat Nabi. Artinya, masjid bukan ruang steril yang hanya dipakai lima waktu. Musyawarah masyarakat, urusan pemerintah, bahkan latihan perang pernah dilakukan di masjid.
Fungsi masjid dalam sejarah islam selain ibadah salat – jawabannya banyak, bahkan ada riset, perpustakaan, dan kegiatan sosial.
Jika dibandingkan dengan kondisi sekarang yang masjidnya sering dikunci 15 menit sebelum dan sesudah salat, terlihat jelas bahwa kita sedang menjauh dari tradisi awal.
Fenomena Masjid “Tidak Barokah” – Dibangun Dengan Cara Yang Salah
Bagian yang satu ini pahit, tetapi perlu disebut. Ada tipe masjid yang dibangun dengan niat salah sehingga keberkahannya hilang:
1. Masjid Pengemis
Dana pembangunan dikumpulkan dengan toa di pinggir jalan, bawa jaring ikan, dan meminta uang ke pengendara. Ironisnya, setelah jadi, musafir tidak boleh istirahat di dalam.
2. Masjid Dior / Masjid Pesaing
“Tidak mau salat di masjid sebelah karena beda aliran, maka bangun masjid baru 50 meter dari sana.”
Ini pernah terjadi di zaman Nabi, dan masjid seperti itu dihancurkan karena memecah umat.
3. Masjid Flexing – Kubah Emas & Utang Negara
Ketika ornamen mewah lebih penting daripada membantu fakir miskin di sekelilingnya, masjid berubah menjadi objek wisata, bukan pusat ibadah.
Tradisi Nabi jelas berbeda: bangun masjid sederhana, bantu masyarakat dulu baru memperluas bangunan.
4. Masjid Untuk Jalan Pintas Surga
Ada orang bermaksiat, lalu bangun masjid agar dosanya tertutupi. Masjid jadi alat pencitraan, bukan ibadah.
Itulah sebabnya beberapa masjid terasa “dingin”, tidak ramai ibadah, tidak ada ketenangan, dan akhirnya hanya buka saat salat.
Kenapa Masjid Dikunci? “Biar Bersih” & “Takut Pencurian”
Dua alasan klasik:
- takut ada yang tidur dan mengotori
- takut barang-barang hilang
Namun justru masjid zaman Nabi selalu hidup 24 jam. Jika masjid dipakai ibadah, belajar, mengaji, dan membaca, maka selalu ada manusia di dalamnya—otomatis aman.
Ketika kosong dan dikunci, barulah pencurian mungkin terjadi. Di sinilah ironi paling jelas: ketika fungsi masjid berhenti, keberkahan pun hilang.
Masjid Berisik Bukan Dakwah
Lain ceritanya dengan fenomena masjid bersuara keras:
- speaker tidak sesuai jam
- nyanyian latihan religi pakai mic
- bacaan Quran keras tapi tersendat dan mengganggu orang lain
Padahal dalam hadis, jika bacaan atau salat mengganggu orang tidur di masjid, yang salah justru orang yang membaca keras, bukan yang tidur. Bahkan ulama seperti Imam Nawawi menegaskan hal ini.
Fenomena ini berdampak pada masyarakat: harga rumah dekat masjid tertentu turun karena banyak orang tidak tahan dengan kebisingan.
Harga rumah dekat masjid berisik turun
Ini fakta yang disebut banyak pakar properti, dibicarakan juga oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia, JK. Jika masjid membuat masyarakat menjauh, berarti ada yang salah dengan pengelolaannya.
Masjid yang Masih Sesuai Tradisi Nabi
Tidak semua masjid keliru. Ada contoh baik di Indonesia:
- Masjid Jogokariyan (Jogja)
- Masjid Sejuta Pemuda (Sukabumi)
Fungsinya jadi pusat sosial:
- perpustakaan
- makan gratis
- tempat tidur musafir
- les matematika gratis
- kegiatan riset dan dakwah
- tetap terbuka 24 jam
Bahkan di Jogokariyan, musafir yang tidur diberi bantal, bukan diusir.
Membalik Ulang Alur: Pertanyaan Awal Baru Dijawab di Akhir
Jadi, apakah boleh beristirahat di masjid?
Jawaban sejarah jelas: boleh.
Rasulullah membolehkan musafir, fakir miskin, bahkan delegasi nonmuslim untuk menginap di masjid.
Masjid adalah ruang umat, bukan museum ibadah yang dikunci.
Jika masjid difungsikan kembali seperti awal Islam:
- tempat ibadah,
- tempat belajar,
- pusat sosial,
- rumah musafir,
- penampung fakir miskin,
- ruang diskusi dan musyawarah,
maka keberkahannya hadir otomatis. Masjid hidup 24 jam, masyarakat dekat, dan tidak perlu dikunci.
Yang harus dibenahi bukan jumlah loudspeaker, bukan bentuk kubah, tetapi *niat dan fungsi*.
Semoga semakin banyak masjid yang mengikuti tradisi yang benar, bukan tradisi pamer bangunan, bukan tradisi mengusir jamaah.

Comments
Post a Comment