Kisruh Ormas Rebutan Tambang


Tambang adalah titik api utama. Bukan soal Israel–Zionis, bukan pula protokol acara. Ketika konsesi pertambangan Ormas diberikan oleh pemerintah, seluruh dinamika kuasa, jaringan kapital, dan tarik-menarik kepentingan internal mulai terungkap. Bahkan sebelum batu pertama tambang digali, pertikaiannya sudah muncul, seolah Ormas justru terjebak dalam hiruk-pikuk dunia bisnis yang bukan DNA awalnya.

Konflik Human Interest: Siapa Mengatur dan Siapa Diatur?

Menariknya, sebelum publik mengetahui soal hubungan Ormas dan Israel, di dalam struktur Ormas sendiri telah lama terjadi perebutan posisi hegemonik organisasi. Dua kubu yang sama-sama merasa layak memegang kendali mencoba saling menegaskan dominasi.

Ormas Pernah Diingatkan: Tambang Akan Jadi Sumber Konflik

Sekelompok petinggi—yang bekerja pada ranah kultural, bukan struktural—sejak awal sudah menolak keterlibatan Ormas dalam bisnis pertambangan. Ormas ditegaskan sebagai ormas nonpolitik yang fokus pada masyarakat.

Ketika prinsip itu dilanggar, kekhawatiran pecah belah pun benar terjadi. Kritik eksternal muncul: *mengapa organisasi yang dulu membela korban pertambangan justru masuk menjadi pelaku usaha tambang?

Latar Belakang Munculnya Isu Zionis Israel

Ketika publik tersedot pada narasi Ormas terlibat jaringan Yahudi internasional, padahal ini adalah isu pinggiran. Isu itu dipublikasikan secara masif bahkan ke luar negeri, namun menurut analisis Kiai Ubaid, itu hanyalah topeng.

Dalam konteks geopolitik yang sebenarnya telah lama dijalankan komunikasi dengan tokoh internasional memang terjadi. Namun setelah Israel dituding melakukan genosida, relasi ini menjadi sorotan politik.

Meski begitu, tidak ada bukti kuat bahwa isu Zionis adalah inti konflik. Justru isu itu digunakan sebagai alasan paling mudah untuk menggoyang legitimasi Ketua PBNU.

Tambang: Dari Izin Usaha hingga Kekecewaan Investor

Setelah izin usaha pertambangan ditandatangani, investor sudah masuk. Sayangnya, SDM Ormas dianggap belum siap mengelola tambang.

Di sinilah muncul konflik:

* ada kubu yang ingin dikelola Ormas sendiri,

* ada kubu yang ingin melibatkan pihak ketiga,

* sebagian menilai keuntungan tambang terlalu besar untuk dilepas.

manajemen tambang Ormas dan konflik internal organisasi menggambarkan situasi yang terjadi tarik-menarik kendali, ketidaksiapan teknis, dan potensi keuntungan besar.

Siapa yang Menandatangani Persetujuan Tambang?

Sebuah hal menarik:

Persetujuan tambang hanya ditandatangani oleh segelintir elit struktural.

Sebagian menilai adanya makelar kebijakan, karena keputusan besar seperti tambang seharusnya dibahas secara menyeluruh di Syuriah, namun faktanya tidak terjadi.

Itulah sebabnya muncul kritik bahwa keputusan strategis Ormas tidak transparan dan tidak melalui prosedur organisasi yang benar.

Ormas dan Keberpihakan pada Lingkungan

Jika melihat peta besar, organisasi ini selalu dikenal sebagai ormas yang dekat dengan isu:

* lingkungan hidup,

* keadilan sosial,

* perjuangan masyarakat terdampak tambang.

Maka kontroversi tambang Ormas dan dampak lingkungan menjadi sangat relevan. Kini justru tambang membuat Ormas dinilai meninggalkan peran historisnya.

Hubungan Ormas, Pemerintah, dan Hilangnya Bargaining Power

Satu bagian yang mengejutkan adalah analisis bahwa Ormas kini kurang diperhitungkan oleh pemerintah. Ormas kini tampak seperti pihak yang:

* hanya dijadikan kendaraan politik saat pilkada/pemilu,

* tetapi tidak lagi didengar aspirasinya,

* bahkan masukan strategis Ormas tidak dianggap penting.

Pemerintah memberi tambang, tetapi hubungan itu tidak membuat posisi Ormas lebih kuat. Malah disebut melemahkan wibawa organisasi.

Mengapa Tambang Bisa Memecah Belah?

Karena tambang membawa tiga hal yang sangat berbahaya bagi organisasi keagamaan:

1. Kapital besar

2. Kekuasaan

3. Pertarungan pengaruh politik

Tiga hal ini yang biasa disebut cinta dunia dan kekuasaan menjadi ujian paling berat. Bahkan struktur sekuat Ormas pun bisa terbelah.

Akhirnya, Benarkah Ormas Pecah karena Tambang?

Tambang adalah faktor terbesar yang memecah soliditas Ormas secara struktural. Perbedaan pendapat adalah hal wajar dan sudah terjadi puluhan tahun.

Namun konflik organisasi yang keras, terbuka, dan sampai ke tingkat publik internasional seperti sekarang baru terjadi saat konsesi tambang masuk.

Ormas Masih Bisa Pulih?

Potensi rekonsiliasi selalu ada, tetapi syaratnya jelas:

* transparansi,

* pelepasan kepentingan personal,

* kembali pada khitah 1984: fokus pada masyarakat, bukan bisnis yang rawan konflik.

Bila Ormas kembali menemukan identitas kulturalnya yang kuat, maka energi positif organisasi bisa pulih. Jika tidak, tambang akan terus menjadi sumber gesekan berkepanjangan.

Comments

Popular posts from this blog

Nyamankah dengan Gaji Customer Service Call Center Indonesia 2025

Kesalahan Grammar yang Bikin Malu: Bedain “Your” vs “You’re” dan “Its” vs “It’s”, Yuk!

Cara Cepat Mahir Mengetik 10 Jari Tanpa Melihat Keyboard – Wajib Tahu Buat Pelamar Call Center & Fresh Graduate!