Versant Test di Call Center Indonesia
Pernah dengar soal Versant Test? Buat yang lagi ngincer kerjaan di call center, kemungkinan besar akan ketemu sama yang satu ini. Ujian ini sebenarnya bukan sesuatu yang perlu ditakuti, tapi emang butuh persiapan. Bukan trik sulap atau hack-hack aneh, tapi lebih ke latihan dan pemahaman tiap bagian tesnya.
Sebenernya, bagian awalnya gampang banget, cuma baca doang. Serius, part A tuh isinya cuma baca kalimat yang dikasih. Kalau pernah duduk di bangku sekolah dan bisa baca kalimat bahasa Inggris standar, mestinya aman. Yang penting, perhatikan tanda baca, jeda yang pas, dan jangan terlalu cepat atau lambat waktu ngomong.
Nah, lanjut ke part B: repeat. Tantangannya bukan di panjang kalimat aja, tapi juga di aksen pembicara. Karena suara rekaman yang muncul bisa dari berbagai aksen native English, kayak Amerika atau lainnya. Tapi, selama fokus dan udah biasa dengar bahasa Inggris, bisa banget dilewatin dengan mulus.
Ngomongin soal bagian yang lebih menantang, part E alias "retelling a story" itu bisa dibilang paling bikin keringetan. Kita bakal denger cerita pendek, terus disuruh ceritain ulang dengan kata-kata sendiri dalam waktu 30 detik. Bukan cuma soal ngomongnya aja, tapi kita juga harus inget karakter, tempat, kejadian, dan urutan ceritanya. Dan nggak bisa nyontek karena nggak boleh bawa catatan. Jadi ya, emang harus latihan dan biasain ngebayangin isi cerita sambil ngedengerin.
Ada juga bagian yang katanya bisa dilewati asal ngomong aja apa pun dalam bahasa Inggris. Banyak yang bilang, “asal ngomong, bahkan doa pun, bakal tetap lulus.” Tapi kenyataannya, teknologi sekarang udah pinter. Google Voice aja udah bisa bedain orang ngomong bener atau nggak. Masa Versant yang memang dirancang khusus buat uji bahasa malah lebih ‘bodoh’? Nggak masuk akal sih. Jadi, tetap aja, jawabannya harus sesuai dan jelas.
Di sisi lain, bagian yang cukup tricky juga adalah Part D, atau yang disebut sentence builds. Di sini, kita bakal dikasih tiga potongan kalimat yang acak, dan tugas kita nyusunnya jadi satu kalimat utuh yang masuk akal. Ini semacam latihan otak dadakan. Kalau nggak biasa berpikir cepat dalam bahasa Inggris, bisa-bisa malah bingung sendiri. Kuncinya ada di spontanitas dan seberapa otomatis otak kita bisa ‘nangkep’ struktur kalimat yang benar.
Nah, kalau udah masuk ke Part F, suasananya agak beda. Ini bagian opini pribadi. Kita bakal ditanya soal topik sehari-hari, misalnya lebih enak tinggal di negara tropis atau negara dingin. Nggak ada jawaban benar atau salah, yang penting kita bisa jelasin alasan dari pendapat kita. Dengan pola kayak gitu, omongan kita jadi lebih terstruktur dan enak didengerin.
Buat yang mikir Part F susah, menurut banyak orang, malah lebih gampang dibanding Part E. Soalnya di sini nggak perlu ngapalin nama karakter atau urutan cerita. Cuma butuh pendapat dan sedikit alasan logis. Kalau udah biasa ngomong Inggris dan sering latihan diskusi ringan, mestinya nggak jadi masalah besar.
Balik lagi ke awal, tes ini bukan soal pinter nggak pinter, tapi lebih ke seberapa terbiasa kita pakai bahasa Inggris secara lisan. Dengerin podcast, nonton video bahasa Inggris, dan sering ngobrol pake bahasa itu bisa bantu banget. Jangan cuma fokus ke lulusnya, tapi nikmatin proses belajarnya juga.
Jadi, siap hadapin Versant Test? Ingat, bukan soal ‘nipu’ sistem, tapi bagaimana kita nunjukin kemampuan bahasa Inggris yang sebenarnya. Dan kabar baiknya, semua bisa dipelajari asal mau usaha dan latihan terus-menerus.
Comments
Post a Comment