Posts

Makna Pencerahan Sejati dan Siklus Penderitaan: Dari Pangeran Siddharta hingga Muhammad SAW

Image
Tidak semua keresahan adalah kutukan. Kadang, justru dari hati yang gelisah itulah lahir pencerahan besar. Youtuber dalam kisah reflektifnya menyentuh dua sosok besar dunia—Siddharta Gautama dan Nabi Muhammad SAW—dua manusia paripurna yang sama-sama terusik oleh ketidakadilan dan penderitaan umat manusia. Mereka lahir di tempat berbeda, budaya berbeda, namun resah terhadap hal yang sama: kenapa hidup harus penuh penderitaan? Pangeran dari Lumbini: Dari Istana Menuju Pencerahan Enam abad sebelum Masehi, di Lumbini, lahirlah seorang pangeran sempurna—Siddharta Gautama. Dibesarkan di dalam kemewahan, ia justru tumbuh dengan kesadaran aneh: kenapa semua terasa terlalu sempurna? Di balik dinding istana yang megah, ia merasakan ada sesuatu yang tidak seimbang. Hingga suatu hari, ia menyelinap keluar dari istana dan menyaksikan kenyataan pahit—orang lapar, sakit, tua, dan mati. Di sanalah ia tersadar, selama ini kebahagiaan yang ia nikmati ternyata lahir dari penderitaan orang lain. Hidup yan...

Ketika Karya Asli Dianggap Nyolong oleh Sistem Sendiri

Image
Lucunya dunia digital kadang seperti paradoks. Bayangkan, seorang kreator yang membangun kanalnya dengan susah payah, malah dituduh “mencuri” karyanya sendiri. Itulah yang dialami Youtuber, sosok yang dikenal karena kontennya yang reflektif dan edukatif, kini justru berhadapan dengan algoritma yang salah tafsir. Masalahnya sederhana tapi rumit — video lama tidak direkomendasikan YouTube dan sebagian besar diberi tanda dolar merah, tanda bahwa video tersebut dianggap bermasalah atau berpotensi melanggar hak cipta. Reupload Video YouTube Tanpa Izin Dari sinilah akar permasalahan bermula. Banyak konten kreator lain yang menyalin video Youtuber secara penuh, tanpa izin, tanpa kredit, bahkan menghapus identitas asli di dalamnya. Video-video itu kemudian dimonetisasi dan malah direkomendasikan oleh YouTube — menghasilkan ribuan hingga ratusan ribu penonton. Ironisnya, karena sistem melihat banyak video identik beredar, YouTube justru bingung menentukan mana kanal asli dan mana hasil reupload...

Makna Kehidupan Antara Hidup dan Bahagia Menurut Albert Camus

Image
Bayangkan seseorang yang hidupnya hanyalah deretan penderitaan. Ia lapar, ditolak, dibenci, dan bahkan sadar bahwa keberadaannya tidak diinginkan. Ia tidak mencintai dirinya sendiri, dan dunia pun tampak tak peduli. Pertanyaan pun muncul: Apakah seseorang yang tidak pernah bahagia masih layak untuk terus hidup? Pertanyaan seperti ini bukan sekadar keluhan emosional, melainkan inti dari filsafat absurd yang pernah digagas oleh Albert Camus dalam The Myth of Sisyphus (1942). Di situ, Camus dengan tegas menyebut: pertanyaan paling mendasar dari filsafat adalah apakah hidup ini layak dijalani? Absurditas yang Tak Terhindarkan: Hidup Tanpa Jawaban, Tapi Tetap Dijalani Camus menyebut hidup manusia itu absurd. Mengapa? Karena manusia terus bertanya “untuk apa aku hidup?”, sementara alam semesta sama sekali tidak menjawab. Manusia tidak tahu mengapa ia hidup, tidak tahu apa yang terjadi setelah mati, namun tetap saja hidup.  Ironinya, dari ketidaktahuan itu lahirlah moral, agama, dan hukum...

Tata Kelola Negara Buruk dan Krisis Kepercayaan Rakyat terhadap Pejabat Publik

Image
Fenomena terbaru di Indonesia memperlihatkan bahwa arah kemarahan rakyat kini berubah. Jika dulu yang menjadi sasaran adalah kelompok etnis, agama, atau pihak asing, sekarang yang menjadi target justru pejabat publik: anggota DPR, pemerintah, hingga aparat penegak hukum. Hal ini menandakan adanya pergeseran kesadaran politik rakyat Indonesia di era digital. Ironi Indonesia Kaya Raya tapi Rakyat Miskin Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah, tenaga kerja berlimpah, serta wilayah yang luas. Namun kenyataannya, jutaan rakyat masih hidup dalam kemiskinan dan ketidakpastian. Kontradiksi ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa negara kaya raya, tetapi rakyat miskin? Jawaban paling logis adalah tata kelola negara yang buruk. Kekayaan alam tidak dikelola dengan baik, administrasi negara diserahkan kepada orang yang tidak kompeten, dan pejabat publik lebih sibuk mempertahankan privilese daripada mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Media Sosial sebagai Senjata Rakyat Dulu, rakyat kesu...

Pendidikan Indonesia: Antara Program Studi, Link and Match, dan Tantangan Masa Depan

Image
Jadi, apa yang sebenarnya ingin dicapai pendidikan tinggi di Indonesia? Bukan sekadar ijazah, bukan sekadar gelar, tapi kemampuan agar rasional bisa mengendalikan emosional. Itulah mengapa mahasiswa disebut maha—satu-satunya kata “maha” yang dipinjamkan kepada manusia selain untuk menyebut sifat Tuhan. Ada tanggung jawab besar di balik gelar itu. Kampus Indonesia: Teaching University atau Research University? Ketika di luar negeri sudah jelas pembagian antara research university dan teaching university, di Indonesia sering kali keduanya tumpang tindih. Universitas riset seharusnya berorientasi pada laboratorium, eksperimen, dan karya ilmiah yang bisa dimonetisasi. Sementara universitas pengajaran fokus mencetak lulusan yang siap bekerja. Namun di Indonesia, banyak perguruan tinggi yang bingung peran: ruang kelas jadi pusat, laboratorium tersisih, dan akhirnya karya ilmiah hanya berhenti di rak jurnal tanpa dampak nyata. Kenapa Guru Sekolah Negeri Sering Dibilang Membosankan? Banyak net...

Psikologi Pejabat Indonesia: Mengapa Sulit Merakyat Meski Sadar Akan Pentingnya Simpati Publik

Image
  Ironisnya, di tengah kerusuhan dan ledakan ujaran kebencian pada pejabat publik Indonesia, ada segelintir tokoh yang justru mendapat simpati. Nama Kang Dedi Mulyadi dan Sri Sultan Hamengkubuwono X misalnya, muncul sebagai sosok yang hadir di lapangan, berbaur dengan demonstran, bahkan ikut memakai pasta gigi untuk mengurangi pedih gas air mata. Ketulusan seperti ini membuat masyarakat melihat bahwa pemimpin yang merakyat tidak hanya mungkin, tapi juga nyata. Budaya Feodalisme: Faktor Unik di Indonesia Namun berbeda dengan negara-negara maju seperti Jepang atau Skandinavia, masyarakat Indonesia masih sangat feodal. Rakyat terbiasa menempatkan pejabat di atas dirinya, memberi perlakuan berlebih, bahkan rela menormalisasi kesenjangan. Akibatnya, pejabat ikut terjebak dalam perasaan eksklusif: merasa lebih tinggi, lebih layak dihormati, dan sulit menurunkan standar hidup. Feodalisme inilah yang membuat merakyat itu sulit dilakukan pejabat di Indonesia. Ketika Kekuasaan Menyingkirkan ...

Pemikiran Hasan Basri dan Rabiah Al-Adawiyah: Kritik Ulama Formalis dan Perjalanan Tasawuf Islam

Image
  Nama Hasan Basri dikenal sebagai seorang ulama zuhud yang hidup penuh ketulusan. Ceramahnya sering disertai tangisan tanpa henti, karena hatinya begitu lembut oleh cinta kasih Tuhan. Setiap kalimat yang keluar darinya terasa menyentuh, membuat banyak orang menyadari bahwa agama bukan hanya soal hafalan fikih, melainkan juga tentang kebeningan hati. Rabiah Al-Adawiyah dan Konsep Cinta Ilahi Dari jejak Hasan Basri, lahirlah tokoh besar bernama Rabiah Al-Adawiyah. Ajarannya sederhana namun dalam: hidup sebagai hamba yang sepenuhnya pasrah dan hanya mencari ridha Tuhan. Cinta kepada Sang Pencipta begitu meluap, hingga tidak ada ruang tersisa untuk kebencian atau amarah. Bahkan ancaman neraka pun baginya bukan sesuatu yang menakutkan, sebab yang terpenting hanyalah tetap dekat dengan cinta kasih Ilahi. Mengapa Hasan Basri Mengkritik Ulama Formalis? Perjalanan hidup Hasan Basri berubah saat ia pindah ke Basrah. Di kota itu, Islam seolah hanya menjadi simbol politik dan budaya. Para ula...