Dunia Call Center Healthcare
Kalau disuruh pilih antara klien retail dan klien kesehatan, banyak yang bakal bilang: "pilih retail aja, kepala nggak panas." Tapi tunggu dulu. Justru di klien healthcare ini, pengalaman yang didapat jauh lebih kaya. Emosinya dapet, informasinya banyak, tantangannya juga level berat. Cocok buat yang mau leveling up di dunia customer service, apalagi yang pengin paham sistem kesehatan dari dalam.
Ngomongin Apa Sih Call Center Healthcare Itu?
Sebelum pusing mikirin istilah-istilah aneh, yang perlu dipahami cuma satu: kerja di klien healthcare itu berarti siap jadi penghubung antara empat pihak utama dalam sistem kesehatan :
- Member: Pasien yang punya asuransi. Bisa pemegang utama, bisa juga tanggungan.
- Provider: Rumah sakit, klinik, dokter, perawat, hingga laboratorium.
- Medical Supply Companies: Penyalur alat medis, kayak oksigen, nebulizer, sampai popok dewasa.
- Insurance Company: Pihak asuransi yang bayar tagihan medis (full atau sebagian), tergantung jenis perlindungannya.
Nah, sebagai agent call center, posisi kita bisa berada di sisi mana aja tergantung proyeknya. Bisa bantu rumah sakit ngecek benefit pasien, bisa juga bantu pasien pesan ulang obat, atau malah bantu keluarga pasien urus kebutuhan alat kesehatan.
Mock Call 1: Rumah Sakit Cek Status Pasien
Tipe call yang satu ini biasanya adem. Rumah sakit nelpon buat ngecek apakah pasien aktif dan benefit apa aja yang ditanggung. Kayak, “Alat ini dicover nggak, ya?”
Positifnya: ngomong sama tenaga medis tuh tenang. Mereka nggak emosional, tinggal minta data, kita kasih, selesai.
Negatifnya: kadang mereka nelpon buat minta info 10-20 pasien sekaligus. AHT (Average Handling Time) bisa jebol.
Mock Call 2: Pasien Bingung Kenapa Harus Bayar
Nah ini jenis panggilan yang penuh drama. Ibu-ibu nanya, “Kok dokter langganan sekarang nggak ditanggung?”
Sebenarnya kliniknya memang kerja sama, tapi dokternya ternyata out-of-network. Di sinilah skill menjelaskan diuji. Harus sabar, harus empati, harus tetap tenang walau nada suara sudah mulai naik.
Pelajaran penting: selalu sarankan cek afiliasi dokter dulu sebelum bikin janji temu.
Mock Call 3: Pasien Pesan Obat
Lebih ringan lagi. Pasien cuma minta refill obat via telepon. Biasanya ini dilakukan kalau obat ditanggung asuransi.
Tugas agent: cek validitas resep, pastikan tidak kedaluwarsa, dan konfirmasi alamat pengiriman. Obat akan dikirim ke rumah pasien dalam 1-2 hari. Simple, asal jangan asal proses tanpa verifikasi—bisa berabe.
Mock Call 4: Pengasuh Pesan Popok Pasien Lansia
Skenario ini lumayan umum juga. Pengasuh minta tambahan kuota popok karena stok bulan sebelumnya nggak cukup. Tapi ternyata... otorisasi sudah kedaluwarsa.
Solusinya: harus minta dokter kirim re-authorisasi ke pihak asuransi, baru kemudian kirim dokumen ke perusahaan penyedia alat medis. Baru setelah itu order bisa diproses.
Jadi intinya: di klien ini, semua harus di-verifikasi. Jangan asal iya-iya.
Tantangan Utama klien Healthcare: Bukan Sekadar Angkat Telepon
Overload Informasi
Banyak istilah medis, sistem rujukan, kode diagnosis, coverage detail—semuanya harus dipahami.
Emosi Pasien
Ketika pasien atau keluarga dengar kabar buruk, seringnya mereka bingung dan panik. Kita yang harus tetap kalem dan profesional.
Zero Tolerance
Salah kasih informasi soal coverage? Bisa langsung diberhentikan. Banyak perusahaan asuransi menerapkan kebijakan nol toleransi.
Masuk ke Healthcare Bukan Buat Semua Orang, Tapi...
Nggak semua orang cocok. Tapi buat yang pengin tantangan, pengin belajar banyak, dan ingin paham gimana sistem medis bekerja, klien ini wajib dicoba. Bahkan kalau ujungnya merasa nggak cocok, pengalaman dari healthcare ini bakal jadi modal kuat buat naik level ke proyek lain.
Coba Dulu, Baru Tahu
Kalau sudah dapat penempatan di klien healthcare, jalani dulu. Pelajari istilahnya, pahami alurnya, dan siapkan mental. Mulai dari product training, lanjut ke nesting, dan baru masuk produksi. Kalau ternyata cocok, bisa lanjut. Kalau nggak, setidaknya sudah dapat pengalaman yang berharga.
Yang penting: jangan takut sama tantangan. Kadang yang kelihatan ribet justru bikin kita jadi lebih ahli dari yang kita kira.
Comments
Post a Comment