Sepak Bola, Politik Global, dan Dukungan Palestina


Siapa sangka sebuah pidato singkat bisa memicu percakapan global? Eric Cantona, legenda sepak bola yang dikenal karismatik, mendadak jadi sorotan bukan karena teknik bermainnya, melainkan karena suaranya soal Palestina. Dalam forum terbuka, ia menyoroti standar ganda dunia: Rusia cepat diboikot setelah menyerang Ukraina, tapi Israel tetap bebas bermain meski konflik Gaza sudah ratusan hari berlangsung.

Gerakan Boikot Sepak Bola Israel di Eropa

Jika berbicara soal aksi nyata, ultras Italia sudah menunjukkannya. Saat kualifikasi Piala Dunia, mereka membalikkan badan saat lagu kebangsaan Israel dikumandangkan. Bukan hanya itu, nyanyian “Free Palestine” menggema sepanjang laga. Bahkan Gianluigi Donnarumma sampai terlibat cekcok panas dengan pemain Israel. Pelatih Italia pun menolak permintaan maaf, menganggap provokasi di lapangan hal yang lumrah dalam sepak bola.

Dukungan Palestina dari Tim Nasional Hingga Suporter

Fenomena ini tidak berhenti di Italia. Spanyol sempat mengancam walkout bila Israel tetap diberi ruang di turnamen besar. Irlandia, Norwegia, hingga beberapa negara Eropa lain memperlihatkan sikap yang sama. Arah dukungan di lapangan hijau berubah drastis, seakan sepak bola kini jadi alat politik dan suara kemanusiaan.

Dari Statistik Media Sosial Hingga Media Mainstream

Uniknya, data media sosial menunjukkan 83% netizen mendukung Palestina atau menolak Israel, hanya 9% pro-Israel, sisanya netral. Perbandingan ini tajam bila dibanding enam bulan sebelumnya. Media mainstream pun mencatat tren serupa, meski lebih halus: 28% menentang Israel, 8% mendukung, dan mayoritas mencoba netral.

Algoritma Media Sosial dan Barrier Pro-Israel

Konten kreator tentu akrab dengan istilah *dolar kuning*. Video yang menyebut kata “Israel” bisa langsung terkena pembatasan atau bahkan dihapus. Human Rights Watch menyebut Meta, TikTok, hingga YouTube pernah menekan konten pro-Palestina dengan dalih *hate speech*. Namun, besarnya gelombang dukungan global membuat algoritma barrier itu jebol. Konten organik yang emosional, grassroot movement, dan solidaritas influencer besar membuat berita pro-Palestina tetap viral.

Soft Power Sepak Bola: Lebih dari Sekadar Olahraga

Cantona benar ketika menyebut sepak bola bukan hanya soal bola bergulir. Ada soft power yang bisa menggerakkan massa, sama seperti musik atau budaya pop. Ketika fans sepak bola dari berbagai negara mulai bersatu menyuarakan Palestina, FIFA dan UEFA tidak bisa lagi berpura-pura netral.

Faktor Geopolitik: Amerika Serikat Goyang, Rusia dan Cina Naik

Dulu, negara-negara takut menentang Amerika Serikat karena ancaman dagang. Kini, Cina dan Rusia memberi alternatif. Banyak negara Eropa bahkan merasakan kerugian saat konflik dengan Rusia, terutama soal energi. Situasi ini membuat dukungan ke Palestina lebih mungkin dilakukan, tanpa takut dikucilkan secara ekonomi.

Tren Global: Palestina Semakin Dekat dengan Kemerdekaan

Melihat dukungan atlet, selebriti, politisi, hingga media, tampak jelas Palestina sedang berada di titik kuat dalam sejarah dukungan internasional. Bagi sebagian pengamat, kemerdekaan Palestina hanya tinggal menunggu waktu. Tantangan justru ada setelahnya: membangun bangsa yang merdeka dengan fondasi kuat.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Jawab Pertanyaan “Ceritain Tentang Diri Kamu” di Interview Call Center Indonesia

Tips Simulasi Mock Call Center Indonesia

Tips Interview Call Center Indonesia Jawab Kenapa Kami Harus Merekrut Kamu?