Pendidikan Indonesia: Antara Program Studi, Link and Match, dan Tantangan Masa Depan

Jadi, apa yang sebenarnya ingin dicapai pendidikan tinggi di Indonesia? Bukan sekadar ijazah, bukan sekadar gelar, tapi kemampuan agar rasional bisa mengendalikan emosional. Itulah mengapa mahasiswa disebut maha—satu-satunya kata “maha” yang dipinjamkan kepada manusia selain untuk menyebut sifat Tuhan. Ada tanggung jawab besar di balik gelar itu.

Kampus Indonesia: Teaching University atau Research University?

Ketika di luar negeri sudah jelas pembagian antara research university dan teaching university, di Indonesia sering kali keduanya tumpang tindih. Universitas riset seharusnya berorientasi pada laboratorium, eksperimen, dan karya ilmiah yang bisa dimonetisasi. Sementara universitas pengajaran fokus mencetak lulusan yang siap bekerja. Namun di Indonesia, banyak perguruan tinggi yang bingung peran: ruang kelas jadi pusat, laboratorium tersisih, dan akhirnya karya ilmiah hanya berhenti di rak jurnal tanpa dampak nyata.

Kenapa Guru Sekolah Negeri Sering Dibilang Membosankan?

Banyak netizen curhat kalau guru di sekolah negeri bikin ngantuk. Padahal masalahnya bukan di gurunya saja, melainkan pada gaya belajar yang masih terlalu satu arah. Anak zaman sekarang bukanlah pendengar yang sabar, melainkan pembelajar visual dan praktikal. Dua jam duduk diam mendengarkan ceramah? Mustahil. Justru ketika siswa dilibatkan dalam diskusi, bergerak, dan bereksperimen, barulah energi mereka keluar. Sayangnya budaya pendidikan di Indonesia masih sering mematikan pertanyaan “why” dari siswa, padahal pertanyaan itulah kunci lahirnya kecerdasan kritis.

Program Studi vs Jurusan: Daun dan Batang

Sering kita dengar istilah jurusan, padahal kini yang dipakai adalah program studi. Bedanya apa? Jurusan ibarat batang pohon, sementara program studi adalah daun-daunnya. Daun bisa gugur, tumbuh lagi, dan berubah sesuai musim—sama seperti program studi yang seharusnya bisa dibuka-tutup sesuai kebutuhan industri. Misalnya saat e-commerce booming, seharusnya muncul program studi e-commerce. Sayangnya, di Indonesia banyak prodi diperlakukan seperti jurusan: sekali buka, pantang ditutup, walau mahasiswanya makin sedikit.

Link and Match: Industri vs Dunia Pendidikan

Salah satu keluhan klasik adalah lulusan universitas tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Data menunjukkan hanya sekitar 7% lulusan bekerja sesuai bidang studinya, sementara sisanya menganggur atau masuk sektor lain. Konsep link and match—sinkronisasi antara kampus dan industri—sering digaungkan sejak dulu, tapi implementasinya masih lemah. Bahkan dosen pun kadang sibuk dengan proyek pribadi tanpa membawa mahasiswa terlibat. Akhirnya yang diajarkan ilmu masa lalu, bukan keterampilan masa kini.

Sekolah Itu Buat Apa Sebenarnya?

Pertanyaan paling menusuk: untuk apa sekolah kalau ilmu yang dipelajari tidak terpakai? Contoh klasik: dulu kita dipaksa hafal “C12H22O11” (rumus gula) atau “Oriza Sativa” (nama ilmiah padi), tapi hari ini di pasar tidak ada yang bertanya pakai istilah itu. Namun bukan berarti sekolah tidak berguna. Pendidikan formal tetap diperlukan karena mayoritas anak—sekitar 98%—butuh sistem terstruktur agar tidak “kacau”. Hanya sedikit yang bisa belajar mandiri tanpa bimbingan. Maka sekolah hadir sebagai jalan menyiapkan manusia yang rasional, sistematis, dan siap bertanggung jawab ketika dewasa.

Pendidikan Bukan Hanya di Sekolah

Jika ditarik mundur ke masa kakek-nenek kita, banyak dari mereka pintar tanpa fasilitas sekolah yang lengkap. Rahasianya? Interaksi dengan sumber belajar ada di mana-mana: keluarga, masyarakat, hingga pengalaman hidup. Maka pendidikan modern pun seharusnya mengintegrasikan tiga hal: formal, nonformal, dan informal. Dengan begitu, anak-anak tidak hanya cerdas di kelas, tapi juga tangguh menghadapi kehidupan nyata.

Jadi, apakah kampus Indonesia sudah siap menjawab tantangan zaman digital, industri kreatif, dan ekonomi global? Atau masih terjebak pada sistem birokratis yang kaku? Pertanyaan ini tetap terbuka, dan justru di situlah masa depan pendidikan akan ditentukan.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Jawab Pertanyaan “Ceritain Tentang Diri Kamu” di Interview Call Center Indonesia

Tips Simulasi Mock Call Center Indonesia

Tips Interview Call Center Indonesia Jawab Kenapa Kami Harus Merekrut Kamu?