Krisis Politik Nepal 2025 Akibat Sensor Media dan Oligarki Komunis

Salah satu momen paling dramatis dalam kerusuhan Nepal 2025 adalah pembakaran gedung parlemen. Banyak yang mengira ini murni aksi anarkis. 

Ketika Dokumen Korupsi Dibakar Bersama Gedung Parlemen

Namun, di balik api yang melalap bangunan, tersembunyi agenda tersembunyi: penghancuran dokumen korupsi yang melibatkan elit politik Nepal. Dengan cara ini, bukti penyalahgunaan kekuasaan lenyap bersamaan dengan asap yang membubung tinggi.

Akar Panjang Politik Komunis di Nepal

Sejarah krisis Nepal tidak bisa dilepaskan dari munculnya Partai Komunis Nepal sejak 1949. Kelompok ini didukung India, ironisnya bukan Cina, demi menggulingkan monarki. Setelah kerajaan hancur pada 1990-an, lahirlah oligarki politik yang bercabang menjadi Maois radikal, Leninist moderat, hingga Partai Kongres Liberal. Koalisi dan pecah kongsi di antara mereka melahirkan lingkaran setan: kekuasaan berputar hanya di tangan elit, rakyat tetap miskin, dan korupsi makin merajalela.

Sensor Media Nepal: Menghilangkan Fakta di Mata Dunia

Yang membuat banyak orang kaget adalah kenyataan bahwa berita besar di Nepal jarang sampai ke dunia internasional. Demonstrasi ribuan orang, bentrokan berdarah, hingga penggunaan gas air mata sering hanya hidup di media sosial. Televisi mainstream, surat kabar, bahkan portal berita global nyaris hening. Pemerintah Nepal menutup akses platform digital, memblokir 20 lebih aplikasi, dan membungkam suara warganya. Inilah mengapa banyak orang baru sadar: Nepal bukan hanya Himalaya, tapi juga negara dengan sensor ketat ala rezim komunis.

Isolasi Geografis: Antara India dan Cina

Bila berbicara ekonomi Nepal, hambatan utama justru datang dari geografisnya. Semua akses perdagangan darat, laut, hingga udara hampir sepenuhnya bergantung pada India. Nepal seperti dikurung, hanya bisa keluar lewat dua pintu: India atau Cina. India mengambil posisi dominan, mengontrol alur perdagangan, bahkan ikut menentukan siapa yang boleh berkuasa di Kathmandu. Tidak heran bila rakyat Nepal merasa masa depan mereka dijajah secara tak kasatmata.

Pola Global: Dari Tunisia Hingga Nepal

Yang menarik, kerusuhan Nepal bukanlah kasus tunggal. Polanya hampir sama dengan Tunisia 2010, Sri Lanka 2022, hingga Indonesia 2025. Dimulai dari pemerintah yang korup dan hobi pamer kekayaan (*flexing*), disusul demonstrasi damai yang memakan korban jiwa, lalu dimanfaatkan pihak ketiga yang menunggangi massa. Akhirnya, kerusuhan membesar, kantor pemerintah dibakar, pejabat jadi sasaran, dan masyarakat semakin kehilangan arah.

Pemuda Nepal dan Gelombang Diaspora

Tak heran jika hampir 30% penduduk usia produktif Nepal memilih bekerja ke luar negeri. Minimnya lapangan pekerjaan, gaji rendah, dan peluang ekonomi yang dibatasi membuat generasi muda melihat migrasi sebagai satu-satunya jalan keluar. Ironisnya, negeri dengan cadangan air melimpah dan posisi geopolitik strategis justru tidak mampu memberi harapan pada warganya.

Ketika Demonstrasi Ditunggangi Politik Oposisi

Nama yang sering disebut dalam kisruh Nepal adalah Pushpa Kamal Dahal alias Prachanda. Pemimpin Partai Maois ini dituding sengaja menunggangi demonstrasi rakyat. Saat massa menuntut reformasi, kelompoknya justru mendorong agenda penghancuran pemerintah koalisi. Hasilnya: kekerasan meluas, terminal hingga rumah pejabat dibakar, dan citra rakyat dipelintir seakan mereka pelaku kerusuhan.

Pelajaran dari Nepal: Demokrasi yang Dibungkam Oligarki

Krisis Nepal 2025 memperlihatkan bagaimana demokrasi bisa dikooptasi segelintir elit politik. Pemerintah, militer, polis, hingga aparat hukum semua berada di bawah kendali partai-partai besar. Ketika oposisi menggunakan cara kekerasan dan pemerintah membalas dengan sensor, rakyat biasa terjebak di tengah.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Jawab Pertanyaan “Ceritain Tentang Diri Kamu” di Interview Call Center Indonesia

Tips Simulasi Mock Call Center Indonesia

Tips Interview Call Center Indonesia Jawab Kenapa Kami Harus Merekrut Kamu?