Tips Interview Behavioral Call Center Indonesia
Pernah ngalamin interview kerja di call center dan ditanya macam-macam soal pengalaman kerja sebelumnya? Nah, itu namanya pertanyaan behavioral. Tujuannya simpel: recruiter mau tahu gimana cara kita kerja, mikir, dan ngadepin tantangan sehari-hari sebagai agen call center.
Nggak Semua Harus Pakai STAR Method
Tapi kadang ada juga pertanyaan yang nggak minta cerita spesifik, cuma nanya pendapat atau kebiasaan kita. Nah, buat yang ini, jawab langsung aja pakai argumen dan penjelasan pendukung. Gampangnya: jawaban + alasan.
Contohnya kayak gini:
“Gimana caramu menyeimbangkan kecepatan dan kualitas layanan pelanggan?”
Jawabannya bisa kayak: tahu kapan harus cepat, kapan harus teliti. Kalau pelanggannya udah paham teknologi dan buru-buru, ya harus cepat. Tapi kalau pelanggannya marah dan butuh didengarkan, ya fokus dulu ke kualitas dan empati. Kuncinya: baca situasi.
Cerita Tentang Pelanggan Marah dan Refund yang Mustahil
Pernah dapet pelanggan dia ngotot minta refund buat tas yang sebenernya emang nggak bisa dikembalikan. Awalnya dia marah banget, sampe minta disambungin ke supervisor. Tapi karena supervisor-nya lagi sibuk, akhirnya harus dihadapi sendiri.
Triknya? Tetap tenang, tegas bilang kalau itu kebijakan perusahaan, tapi juga ngerti perasaannya. Lama-lama dia tenang juga. Bahkan walau tetap nggak dapet refund, dia kasih nilai CSAT sempurna. Kadang, orang cuma pengen didengerin aja.
Stres Berat karena Tempat Kerja Bangkrut
Ada juga masa-masa berat waktu kerja di perusahaan yang bangkrut. Tiap hari kerjaannya cuma nerima komplain pelanggan soal uang mereka yang nggak bisa direfund. Capeknya luar biasa. Tapi daripada nyerah, akhirnya coba ubah rutinitas: tidur cukup, jauhin medsos, olahraga, baca buku self-help. Hasilnya? Jadi lebih kuat mental, dan empat bulan kemudian pas akun ganti pemilik, semuanya balik normal. Bahkan ditawarin posisi team lead.
Belajar dari Kesalahan Saat Masih Trainee
Waktu masih baru, pernah malu nanya karena takut dibilang nggak bisa. Akibatnya? Pas mulai ambil panggilan, bingung total. Untungnya sadar diri dan langsung minta bantuan ke trainer. Dari situ belajar bahwa jadi clueless itu nggak masalah, asal mau belajar.
Integritas Diuji Sama Teman Sendiri
Sebagai QA satu-satunya di tim, sempat digoda temen buat pilih rekaman panggilan yang nilainya bagus biar mereka dapet bonus. Tentu aja itu ditolak halus tapi tegas. Malah ditawarin bantuan biar ke depannya performa mereka naik secara alami. Sejak itu, mereka nggak pernah minta aneh-aneh lagi. Kalau tetap maksa, mungkin malah bukan temen yang pantas dipertahankan.
Nggak Nyaman Kalau Harus Perbaiki Kesalahan Agen Sebelumnya
Salah satu hal paling nyebelin itu kalau harus benerin masalah pelanggan gara-gara agen sebelumnya nggak nyelesain masalah di panggilan pertama. Buang waktu banget. Tapi daripada kesal sendiri, lebih baik bantu pelanggan sebaik mungkin dan laporin ke team lead supaya bisa dikasih reminder ke semua tim.
Kerja Tim Bisa Jadi Kunci Bonus
Karena dia belum terbiasa, sering banget eskalasi masalah yang sebenarnya sepele. Akhirnya duduk bareng dia selama dua bulan, bantu tiap kali dia bingung. Hasilnya? Bukan cuma dia makin jago, tapi tim juga dapet bonus karena skor QA kita naik terus.
Saat Merasa Paling Puas di Tempat Kerja
Perasaan paling bahagia itu datang waktu bisa bantu pelanggan dengan masalah rumit. Rasa puasnya beda. Ada juga bonus performa sih, tapi yang paling ngena itu pas tahu bahwa bantuan kita beneran ngaruh buat orang lain. Meskipun kadang kebijakan perusahaan membatasi solusi, asal udah usaha maksimal, itu udah cukup bikin hati tenang.
Bekerja Sendiri vs Tim: Dua-duanya Bisa
Secara pribadi lebih nyaman kerja sendiri karena introvert. Tapi pengalaman kerja ngajarin kalau kerja tim itu penting banget, apalagi kalau harus ngadepin klien-klien besar dan update produk yang berubah-ubah.
Cara Ngadepin Pelanggan Marah
Biarin dia luapin emosinya. Baru setelah itu, kumpulin fakta dan kasih solusi. Pengalaman bilang, kalau kita udah mau dengerin duluan, pelanggan juga bakal lebih terbuka nerima solusi.
Pertanyaan behavioral itu bukan buat bikin gugup. Malah jadi kesempatan buat nunjukin siapa diri kita sebenarnya. Jawab pakai contoh nyata, atau kalau nggak diminta cerita spesifik, cukup kasih jawaban yang jelas dan logis.
Kalau kamu lagi siapin diri buat interview call center, coba inget-inget pengalaman pribadi yang relevan. Jangan takut terlihat nggak tahu – yang penting bisa belajar dan berkembang.
Comments
Post a Comment