Pertanyaan Alasan Keluar dari Pekerjaan Lama Saat Interview Call Center Indonesia
Banyak orang yang terlalu panjang menjawab saat ditanya, “Kenapa keluar dari kerjaan sebelumnya?” Padahal, makin lama waktu dihabiskan buat jelasin itu, makin sedikit waktu buat nunjukin kalau kita ini kandidat yang layak banget direkrut.
Misalnya, “Waktu itu perusahaan kehilangan klien utama, dan karena sistem mereka last in first out, saya termasuk dari 50 karyawan yang terpaksa dilepas. Tapi selama di sana, TL saya bisa menjamin performa saya selalu bagus.” Nah, itu contoh jawaban yang tetap elegan tanpa nyalahin perusahaan lama.
Jangan juga sampai terjebak ngomong jelek soal kantor sebelumnya. Meski itu kenyataan, interviewer bakal mikir, “Wah, nanti bisa-bisa orang ini ngomongin kantor kita juga.” Jadi walaupun tempat kerja dulu emang toxic atau atasan nggak becus, cukup simpan buat cerita ke teman aja, bukan buat interview.
Kalau alasan keluar karena pengen upgrade diri, itu juga bisa disampaikan dengan cara yang lebih halus. Contohnya gini, “Saya senang kerja sebelumnya sebagai e-commerce chat support, tapi saya pengen tantangan baru dan kembangkan skill di bidang finansial. Sayangnya di tempat lama nggak ada kesempatan itu.” Jadi fokusnya bukan karena “gaji di sini lebih gede”, tapi karena pengembangan diri.
Nah, buat yang sempat stop kerja karena alasan kesehatan, itu pun sah-sah aja selama sekarang udah pulih dan punya bukti medis. “Saya sempat berhenti karena harus pulih dari sakit maag. Dokter sarankan rehat enam bulan, dan sekarang saya udah fit kembali kerja.”
Lain cerita kalau alasan berhenti karena masalah pribadi atau mental. Ini agak sensitif, jadi nggak perlu terlalu terbuka. Cukup bilang, “Ada masalah pribadi di rumah yang sempat ganggu performa saya.” Jangan langsung bilang, “Saya depresi karena pasangan selingkuh,” kecuali interviewer tanya spesifik.
Sekarang kita bahas yang paling susah: kalau dulu pernah kena SP, performa jeblok, atau bahkan AWOL (absen tanpa izin). Ini emang bikin deg-degan karena bisa ketahuan waktu background check. Tapi yang penting jangan bohong. Bilang aja, “Saya sempat ada masalah pribadi berat, dan sayangnya saya nggak bisa kontrol diri. Saya ambil keputusan yang salah dengan ninggalin pekerjaan begitu aja. Tapi itu jadi pelajaran penting. Sekarang saya lebih dewasa dalam ambil keputusan.”
Kalau udah begini, kunci utamanya adalah: jangan menyalahkan siapa-siapa. Ambil tanggung jawab, tunjukin kalau kita belajar dari kesalahan, dan siap untuk mulai lagi dengan lebih baik.
Perlu diingat juga, beberapa perusahaan memang nggak bakal nerima kandidat yang punya catatan buruk, tapi bukan berarti semua perusahaan kayak gitu. Masih banyak tempat yang mau kasih kesempatan kedua, apalagi kalau mereka lagi butuh orang banget.
Jadi intinya, saat ditanya alasan keluar dari kerjaan lama, jawablah dengan singkat, jujur (tapi tetap sopan), dan arahkan pembicaraan balik ke apa yang bikin kamu layak direkrut. Karena tujuan utama dari interview adalah nunjukin kenapa kamu cocok buat posisi itu, bukan cerita drama masa lalu.
Comments
Post a Comment