Cara Agent Call Center Indonesia Ngasih Kabar Buruk ke Customer
Ngasih kabar buruk ke pelanggan itu nggak pernah gampang. Tapi ada satu teknik yang bisa bikin semuanya terasa lebih ringan: positive scripting. Ini bukan soal memanipulasi, tapi tentang cara menyampaikan kebenaran dengan lebih empati dan sopan. Bayangin, tugas kita sama-sama ngasih tahu kenyataan, tapi dengan cara yang nggak bikin pelanggan merasa disudutkan.
Misalnya, ketika seorang pelanggan nelpon karena internetnya mati, dan ternyata tagihannya belum dibayar. Kita bisa aja jawab: “Internetnya diputus karena belum bayar.” Tapi kebayang kan reaksi orang yang nerima kalimat sefrontal itu? Bisa-bisa langsung minta sambungin ke atasan.
Sekarang bandingin sama kalimat: “Koneksi internetnya terputus karena ada keterlambatan pembayaran.” Sama-sama ngasih tahu kenyataannya, tapi versi yang kedua lebih netral dan nggak menyalahkan langsung.
Bukan Bohong, Tapi Bikin Kabar Buruk Jadi Lebih ‘Manusiawi’
Positive scripting itu bukan tipu-tipu. Jangan salah, ini bukan cara buat nutupin kebenaran atau janjiin hal yang nggak bisa dipenuhi. Kalau perusahaannya memang nggak kasih refund, ya jangan ngomong ke pelanggan seolah refund itu pasti. Nggak jujur sama aja bikin masalah baru.
Gagal Paham? Jangan Panik, Ucapannya Bisa Dipoles
Salah satu situasi paling sering adalah pas kita gak tahu jawabannya. Daripada bilang, “Maaf, saya nggak tahu,” lebih baik ngomong, “Saya belum yakin, tapi saya akan cek untuk kamu sekarang. Boleh ditahan sebentar ya?” Kalimat itu kasih kesan kita siap bantu, bukan pasrah atau asal jawab.
Kalau mau makin ramah, tambahin kalimat kayak, “Wah, pertanyaan yang bagus banget, saya belum kepikiran soal itu sebelumnya.” Dengan begini, pelanggan nggak cuma merasa ditanggepin, tapi juga dihargai.
Ketika Permintaan Gagal Dipenuhi, Kasih Alternatif yang Menarik
Bayangin pelanggan nanya soal stok daisy dress warna merah. Kalau jawabnya cuma, “Maaf, merah nggak tersedia,” kesannya tuh datar dan nutup obrolan. Tapi coba bandingin dengan, “Merah memang belum tersedia, tapi besok akan ada beberapa warna baru. Bisa jadi kamu suka warna burgundy, mirip merah tapi lebih elegan.”
Dengan jawaban ini, kita bukan cuma jawab pertanyaan, tapi juga kasih alternatif. Si pelanggan jadi ngerasa dipikirin dan tetap semangat buat belanja. Walaupun ujung-ujungnya nggak jadi beli, setidaknya kita udah kasih peluang, dan itu yang bikin interaksi jadi lebih positif.
Kata-Kata Aja Nggak Cukup, Nada Suara Juga Ngaruh
Walaupun skrip-nya udah manis dan sopan, tapi kalau cara ngomongnya kayak robot atau terdengar ogah-ogahan, ya tetap aja gagal. Nada bicara itu penting banget. Pelanggan bisa ngerasain apakah kita beneran niat bantu atau cuma basa-basi doang. Makanya, selain kata-kata yang enak didengar, tone yang hangat juga harus dilatih.
Proaktif Itu Kunci, Bukan Cuma Jawab Pertanyaan
Jadi bukan cuma jawab, tapi kasih opsi lain sebelum ditanya. Kalau pelanggan cari warna tertentu dan nggak ada, kita bisa langsung tawarin warna lain atau produk serupa. Ini nunjukin kalau kita nggak cuma duduk nunggu, tapi juga mikirin kebutuhan dia. Dan itu bakal ningkatin kemungkinan si pelanggan tetap beli atau setidaknya puas dengan pelayanan kita.
Kesimpulan? Positive Scripting Bukan Jurus Sulap, Tapi Cara Komunikasi yang Lebih Bijak
Saat nggak tahu jawabannya tapi tetap mau terlihat profesional. Ketika harus kasih kabar yang bisa bikin pelanggan malu atau tersinggung. Kalau permintaan pelanggan nggak bisa dipenuhi, tapi masih bisa dikasih alternatif.
Semua ini bisa dilatih. Semakin sering hadapi pelanggan, makin gampang juga menerapkan teknik ini secara alami. Dan hasilnya? Pelanggan senang, nilai kepuasan naik, performa bagus, bonus pun mengalir.
Yang penting, jangan pernah pakai teknik ini buat nutupin fakta atau menjanjikan hal yang nggak bisa ditepati. Yuk, latih terus cara ngobrol yang positif dan profesional. Pelanggan happy, kerja pun lebih ringan!
Comments
Post a Comment